Minggu, 08 Juni 2014

Cirita Yang Telah Ku Alami

Cirita Yang Telah Ku Alami
Jika biji yang jatuh saja terjadi atas izin Allah swt, maka untuk urusan kehidupan manusia yang begitu rumit, tidak mungkin kesemuanya terjadi begitu saja, tanpa ada yang mengaturnya.
Langsung saja, karena tangan saya sudah gatal sebab lama tidak menulis di blog. Hari ini saya ingin berbagi cerita. Semoga bermanfaat ya, InsyaAllah :)

Lebih dari setahun yang lalu, saya adalah sosok perempuan yang tidak begitu peduli dengan hubungan pranikah, atau istilah umumnya ‘pacaran’. Karena memang orangtua saya tipe yang berhati-hati dalam menjaga pergaulan anaknya. Lingkungan saya pun dari teman-teman yang bukan mayoritas penganut paham tersebut. Hingga akhirnya saat kelas 1 SMK saya bertemu dengan seseorang, dan singkat cerita, I’m got relationship with him.
Saat itu saya benar-benar merasakan apa yang namanya ‘in relationship’ itu. Ada yang memperhatikan, menasehati, menjadi kawan curhat, menemani kalau ingin pergi, dan hal lumrah lainnya yang dilakukan couples. Tentu saja saya juga membatasi diri dari kegiatan-kegiatan negatif yang dilakukan orang berpacaran pada umumnya. Malah saya mengajak mantan saya waktu itu untuk berlomba-lomba meraih nilai rapor terbaik. Saya menganggap hal itu adalah hal yang sangat wajar. Sampai pada suatu hari, karena suatu alasan yang memang saya tidak berhak untuk menghalanginya, hubungan saya berakhir.
Jika diibaratkan air, perasaan saya waktu itu sudah mengalir dalam. Dan tentu saja berakhirnya hubungan belum halal itu membuat saya begitu kecewa. Meskipun saya juga bingung, dengan siapakah saya kecewa? Dengan mantan? Dengan keadaan? Dengan Tuhan?
Minggu-minggu dan bulan-bulan pertama pasca berakhirnya hubungan tersebut, saya dilanda kegalauan yang teramat dalam. Saya tidak tahu apakah mantan saya juga merasakan hal yang sama. Namun yang jelas, ini adalah hal pertama dalam kehidupan saya dimana saya harus melepaskan orang yang pernah berarti bagi kehidupan saya. Orang yang pernah membuat saya tertawa, menangis, dan berharap.
Dan yang namanya melepaskan itu butuh hati yang supersize, butuh jiwa yang amat besar untuk bisa mengikhlaskan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar