Cirita Yang Telah Ku Alami
Jika biji yang jatuh saja terjadi atas izin
Allah swt, maka untuk urusan kehidupan manusia yang begitu rumit, tidak mungkin
kesemuanya terjadi begitu saja, tanpa ada yang mengaturnya.
Langsung saja, karena tangan saya sudah gatal
sebab lama tidak menulis di blog. Hari ini saya ingin berbagi cerita. Semoga bermanfaat
ya, InsyaAllah :)
Lebih dari setahun yang lalu, saya adalah
sosok perempuan yang tidak begitu peduli dengan hubungan pranikah, atau istilah
umumnya ‘pacaran’. Karena memang orangtua saya tipe yang berhati-hati dalam
menjaga pergaulan anaknya. Lingkungan saya pun dari teman-teman yang bukan
mayoritas penganut paham tersebut. Hingga akhirnya saat kelas 1 SMK saya
bertemu dengan seseorang, dan singkat cerita, I’m got relationship with him.
Saat itu saya benar-benar merasakan apa yang
namanya ‘in relationship’ itu. Ada
yang memperhatikan, menasehati, menjadi kawan curhat, menemani kalau ingin
pergi, dan hal lumrah lainnya yang dilakukan couples. Tentu saja saya juga membatasi diri dari kegiatan-kegiatan
negatif yang dilakukan orang berpacaran pada umumnya. Malah saya mengajak
mantan saya waktu itu untuk berlomba-lomba meraih nilai rapor terbaik. Saya
menganggap hal itu adalah hal yang sangat wajar. Sampai pada suatu hari, karena
suatu alasan yang memang saya tidak berhak untuk menghalanginya, hubungan saya
berakhir.
Jika diibaratkan air, perasaan saya waktu itu
sudah mengalir dalam. Dan tentu saja berakhirnya hubungan belum halal itu
membuat saya begitu kecewa. Meskipun saya juga bingung, dengan siapakah saya
kecewa? Dengan mantan? Dengan keadaan? Dengan Tuhan?
Minggu-minggu dan bulan-bulan pertama pasca
berakhirnya hubungan tersebut, saya dilanda kegalauan yang teramat dalam. Saya tidak
tahu apakah mantan saya juga merasakan hal yang sama. Namun yang jelas, ini
adalah hal pertama dalam kehidupan saya dimana saya harus melepaskan orang yang
pernah berarti bagi kehidupan saya. Orang yang pernah membuat saya tertawa,
menangis, dan berharap.
Dan yang namanya melepaskan itu butuh hati yang supersize, butuh jiwa yang amat
besar untuk bisa mengikhlaskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar